Jumat, 05 Desember 2014

Selimut Biru

temanku kehilangan kakak kandungnya yang meninggal karena sakit yang luar biasa hari ini dua tahun yang lalu. frustasi yang ia tunjukan sekarang adalah perasaan normal pada umumnya, seolah-olah hidup gak adil kenapa harus kakaknya. survival is just bullshit, everybody gonna have endless vacation to the other dimension. yah itu mengingatkanku pada ibu ku sendiri, yang pergi ke dimensi lain karena sakit "masuk angin duduk" katanya. kabar itu seperti geledek di siang bolong. karena masa kecil sampe Mts kelakuanku jelek meski bukan perokok atau miras narkoba atau lainya. ia memasukan ku ke pondok di luar kota. pondok semi asrama, SMA yang berasrama tepatnya dalam aktivitas sehari-harinya selalu di masuki nilai-nilai agama membuatku bisa melihat mana benang merah dan mana benang putih, akhir semester kelas satu bapak ibu berkunjung ke solo untuk kulakan barang dagangan di pasar Klewer, banyak yang dibeli. saat itu aku dibelikan selimut biru garis putih yang banyak di pasaran. karena temen-temen lagi ngetren nya tas eiger, akupun ngotot untuk dibelikan tas yang mirip eiger.dan akhirnya dapat juga meski memelas sangat. setiap bulan sekali perpulangan selalu ada meski cuma sehari saja dirumah untuk melepas rasa kangen kampung halaman, saat pamitan mau berangkat ke penjara suci katanya, ibu meminta cium tiga kali karena merasa udah gede dan memalukan aku lakukan dua kali saja. selang satu minggu atau lebih saat jam kelas pagi menjelang siang dipanggil guru BP gak ngerti karena salah apa, aku dikabari bahwa ibu barusan meninggal dan aku disuruh segera pulang. saat itu.... bisa dibayangkan ekpresi normal yang ditunjukan semua orang yang muncul dari ku. Solo-Ngawi dua jam jarak tempuh, gak ngerti kenapa akulah satu-satunya dari empat anak yang gak punya foto bareng sama ibu, itu membuatku iri. sekarang, hidup mandiri adalah jalan yang musti ditempuh, dinginnya malam membeku menyadarkan ku bahwa selimut biru garis putih selalu menghangatkan. seandainya edo tensei yakni jurus menghidupkan yang mati benar-benar ada, aku ingin menghidupkannya sekali lagi untuk memeluk berucap, jangan mengkhawatirkanku lalu terimakasih, maaf dan selamat jalan.

Apa kabarmu ibu?


Jika diberi satu kesempatan untuk bertemu
aku ingin memelukmu erat
sebagai rasa ceritaku yang selalu aku pendam dalam air mata
aku ingin genggam tanganmu
dan takkan ku biarkan lepas
sehingga aku bisa melihat cahaya baru
diesok hari
dan akan selalu mengingat senyunmu
for remember your memory
i was so kid
always woke up first
ready food for us
went to a group
to sell a goods
when i back
you stand at door
to say "welcome home"
asked to eat
got rest well
got learn well
loud to help
i ignore you
i play game
later go home
you search for a while
missing her son
now, it is five years
long to see
smile
tears
love
hate
proud
happy
play
enjoy
gredd
hate
fate
everything
if you reborn as last seen
will you recognize
nigth changes
someone told that mom will know fastly
i wish so

Minggu, 01 Juni 2014

Miskin Membakar Uang



Penetapan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) No. 5 tahun 2014 di Kabupaten Kulon Progo menjadi contoh bagi kabupaten lain di Daerah Istime Yogyakarta. Diperlukan regulasi baik secara nasional maupun regional tentang menurunkan prevalensi perokok. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa di Kulon Progo terdapat adanya peningkatan morbiditas atau mortalitas penyakit akibat merokok. Prosentase belanja rokok kebanyakan dilakukan oleh kalangan orang miskin dibandingkan yang kaya, pada tahun 2011 BPS Kulon Progo mencatat Rp. 66Milyar habis digunakan untuk membelanjakan rokok. Hal ini disampaikan oleh dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG. dalam seminar Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Asri Medical Center (AMC), Sabtu (31/5).

Acara yang diusung oleh Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) ini di hadiri oleh dr. Hasto selaku Bupati Kulon Progo, Ir. Agus Nugroho Setiawan, M.P selaku kepala LPKA UMY serta pemberian penghargaan kepada Nur Lisnani Pamela selaku pemilik Pamela Swalayan delapan cabang di Yogyakarta yang tidak menjual rokok serta melarang bagi karyawan untuk merokok di tempat kerja.

Adapun rokok itu sendiri mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan. “Rokok itu kandungan radikal bebasnya yang menyebabkan resiko mata katarak” ungkap dr. Nurfifi Arliani, Sp.M dalam sambutanya selaku Direktur AMC.


“Saya datang kesini untuk lebih memantabkan hati saya berhenti untuk merokok, karena keinginan itu muncul dari diri saya pribadi dan beberapa tekanan dari luar untuk bersikap respect”, kata Ari peserta seminar. (Mj)

Jumat, 30 Mei 2014

Dalam Bayang

Pertama memandang
Belum kenal saja sudah rindu
Rasa apa ini
Serasa serius diiringi hati menggerus
Oh aku selalu terbayang wajahnya
Kusebut namanya akhirnya
Kucari siapa ia..
Mengapa ia..
Kenapa ia..
Dimana ia..
Bagaimana ia..
Kapan ia..
Lalu..
Kutanya angin malam
Katanya ia sudah aman
Bersama sinar meneranginya
Seraya aku diam
Dalam bayang kegelapan
Yang kubisa hanya memandangya
Tersenyum..

Jum’at, 30 Mei 2014

Kamis, 29 Mei 2014

Silaturahmi, Bukti Mesra Korea Selatan-Indonesia



Kita mestinya salut akan kemajuan Korea Selatan, sehingga kita perlu giat berkontribusi untuk belajar dari negeri gingseng tersebut. Seperti itulah apa yang disampaikan oleh Dr. Mukhtasar Syamsuddin selaku Presiden International Association of Korean Studies (INAKOS) dalam seminar bertemakan Korea-Indonesia Update 2014 “Hubungan Korea Selatan dan Indonesia dalam Perspektif Politik, Sosial, dan Budaya” di AR. Fachrudin A Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (30/4). Sementara itu Presiden Kim Sang-Kuk dari Vitamin House Korea juga berharap bahwa perjanjian dan kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara ini (Korea Selatan-Indonesia) dapat dikembangkan lebih intens lagi. 
“Indonesia dan Korea bukan lagi sebatas kerjasama budaya, sudah meluas hingga tahap pengembangan bersama kapal selam KF-X” jelas Dewi Savitri Wahab Direktur Asia Timur dan Pasifik dari Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Sebuah tarian tradisional Korea ditampilkan diawal acara oleh beberapa penari remaja putri. Gerakan lincah yang diperagakan oleh anak bangsa Indonesia menampilkan keelokan ragam warna dan budaya. Ditambah perpaduan baju hanbook dengan jilbab yang dikenakan beberapa penari seakan menambah indahnya silaturahmi antara kedua negara.

“Aku suka tarian mereka, tapi tetep aksen tarian Indonesia yang lebih keren. Sayangnya tarian Indonesia gak ada,” papar Ninda Kalishta, mahasiswa Hubungan Internasional UMY.(NOR)